PENDEKATAN ILMU HIKMAH DALAM
STUDI ISLAM
A. Pendahuluan
1. Latar
Belakang Masalah
Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat kepada kita semua sehat jasmani dan rohani terutama nikmat
iman dan islam. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, shahabat serta umatnya, amin…
Bermula, ketika tetangga saya mempunyai hajat memperingati 40 hari
atas kematian keluarganya, pada pagi harinya sebelum acara tahlilan shohibul
hajat mengundang seorang hafal al-Quran (Hafidz) untuk tahtimun al-Qur’an yang
pahalanya dihadiahkan kepada ahli kubur khususnya yang diperingati 40 harinya.
Namun pada saat dalam perjalanan orang yang hafal al-Quran (Hafidz) kehujanan
dan kebetulan tidak membawa jaz hujan, karena khawatir waktunya akan menjelang
siang beliau tetap meneruskan perjalanan. Sampai ditujuan anehnya, ketika itu
dalam hatiku bertanya “Hujan deras seperti ini kok pakaian pak kiai tidak
basah”. Setelah selesai mengaji akhirnya saya memberanikan diri untuk
bertanya. Jawabnya pak kiai ya.. baca doa-doa sebisanya.
2.
Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang Pendekatan Ilmu Hikmah dalam
Studi Islam dan cerita diatas, maka diperlukan sub pokok bahasan yang saling
berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa hakikat Ilmu Hikmah
2. Bagaimanakah sejarah Ilmu Hikmah
3. Bagaimanakah macam-macam Ilmu Hikmah
4. Bagaimanakah praktek Ilmu Hikmah
5. Bagaimanakah contoh Ilmu Hikmah
B. Pembahasan
1.
Hakikat Ilmu Hikmah
Ilmu Hikmah
adalah suatu amalan spiritual yang berupa ayat al-qur’an, doa-doa tertentu,
hizib atau mantra-mantra suci yang berbahasa arab dan diimbangi dengan laku
batin untuk mendekatkan diri kepada Allah dan membersihkan jiwa dari berbagai
penyakit hati. Yang disebut mantra suci adalah mantra yang isi kandungannya
tidak melanggar syariat islam. Ilmu Hikmah bisa dipelajari dengan amalan berupa
dzikir, tabarruk, menyendiri, membersihkan hati, bersikap bijaksana atau riyadlah
tertentu sesuai ajaran para guru atau ulama (mujiz).[1]
Ilmu Hikmah
banyak sekali manfaatnya, mencakup segala urusan dunia dan akhirat. Ilmu Hikmah
bisa untuk menyelesaikan berbagai macam masalah kehidupan, membantu kita kuat
dalam mengarungi kehidupan yang penuh cobaan, merupakan sarana memohon
perlindungan kepada Allah, mempermudah jalan usaha/ihtiyar rezeki kita,
memperbaiki perilaku atau akhlak diri kita, mengubah perilaku buruk menjadi
baik, menerangi hati yang gelap menjadi terang-benderang, memberi kegembiraan
bagi yang sedih, memberi kekuatan bagi yang merasa lemah, membuat kita semakin
dekat dengan Allah Swt dan bisa juga sebagai sarana amal ibadah untuk
mendapatkan ridla Allah.
Ilmu Hikmah
berbeda dengan ilmu kesaktian para pendekar yang bisa dipamerkan atau
disombongkan. Justru pantangan utama dalam mempelajari Ilmu Hikmah adalah
kesombongan atau merasa punya kehebatan. Kunci dalam Ilmu Hikmah adalah memohon
pertolongan dan rahmat dari Allah agar dalam menjalani hidup di dunia ini, kita
diberi keselamatan, kelancaran, kesuksesan, kemudahan, kebahagiaan dan segala
hal baik yang kita butuhkan. Juga agar perjalanan kita di akhirat nanti diberi
kelancaran.
Oleh karena itu,
inti dari Ilmu Hikmah sebenarnya adalah mendekatkan diri dan menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Allah. Hingga kita sama sekali tidak merasa punya kehebatan.
Karena tiada daya dan upaya yang mampu hamba lakukan kecuali karena adanya
Allah semata.
Menurut kamus
bahasa Arab, al-Hikmah mempunyai banyak arti. Diantaranya, kebijaksanaan,
pendapat atau pikiran yang bagus, pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan,
peribahasa (kata-kata bijak), dan al-Qur'anul Karim.[2]
Al-Hikmah juga
bermakna kumpulan keutamaan dan kemuliaan yang mampu membuat pemiliknya
menempatkan sesuatu pada tempatnya (proporsional). Al-Hikmah juga merupakan
ungkapan dari perbuatan seseorang yang dilakukan pada waktu yang tepat dan
dengan cara yang tepat pula.[3]
Dan dalam kosa
kata bahasa Indonesia, kata Hikmah mempunyai tiga arti. Pertama, Hikmah diartikan
kebijaksanaan dari Allah. Kedua, Hikmah diartikan sebagai sakti atau kesaktian
(kekuatan ghaib). Ketiga, Hikmah diartikan sebagai manfaat dari sesuatu.
Para ulama'
tafsir juga mempunyai
definisi masing-masing tentang Ilmu Hikmah. Yang mana antar pendapat
tersebut saling berkaitan dan melengkapi satu sama lain. Imam Mujahid
mengartikan al-Hikmah adalah "Benar dalam perkataan dan perbuatan". lbnu
Zaid memaknai Ilmu Hikmah adalah cendekia dalam memahami agama. Malik bin Anas
mengartikan Ilmu Hikmah adalah pengetahuan dari pemahaman yang dalam terhadap
agama Allah, lalu mengikuti ajarannya." Ibnul Qasim mengatakan, Ilmu
Hikmah adalah memahami ajaran agama Allah lalu mengikutinya dan mengamalkannya."
Imam Ibrahim an-Nakho'i mengartikan Ilmu Hikmah adalah memahami apa yang
dikandung Al-Qur’an." Sedangkan Hasan al-Bashri memakna Hikmah sebagai
"Sifat wara' atau hati-hati dalam masalah halal dan haram[4].
Imam at-Thabari
menambahkan, “Menurut kami, makna Ilmu Hikmah yang tepat adalah ilmu tentang
hukum-hukum Allah yang tidak bisa dipahaminya kecuali melalui penjelasan
Rasulullah. Dengan begitu al-Hikmah disini berasal dari kata al-Hukmu
yang bermakna penjelasan antara yang haq dan yang bathil.
Dari berbagai
definis Ilmu Hikmah yang disampaikan oleh ulama-ulama besar di atas, kita dapat
menyimpulkan bahwa Ilmu Hikmah bukanlah sekedar bacaan dzikir yang dibaca rutin
setiap hari. Ilmu Hikmah mencakup segala perbuatan kita, baik perbuatan kita
kepada diri kita, kepada sesama, kepada alam dan bakti kita kepada Allah. Jelas
sudah bahwa, orang yang mengamalkan Ilmu Hikmah hendaknya berusaha berperilaku
bijaksana dalam segala hal. Dengan demikian Allah memberkahi segala amal
perbuatan kita.
Ilmu Hikmah bukanlah
ilmu sihir yang melibatkan bantuan jin atau syetan. Sehingga bisa dipamerkan di
tempat-tempat keramaian, dijadikan sebagai bahan pertunjukan, dipelajari dalam
waktu sekejap, dimiliki dengan ritual-ritual khusus, atau diperjual-belikan
dengan harga tertentu.
Ilmu Hikmah
adalah ilmu spiritual islam yang membimbing kita mengenal ajaran-ajaran Allah
dan sunnah Rasul-Nya, sehingga kita bisa mengetahui mana yang halal dan mana
yang haram, mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang. Dengan Ilmu
Hikmah seperti itulah, kita akan menjadi orang yang benar dalam perkataan dan
perbuatan. Itulah sejatinya Ilmu Hikmah.
Apabila kita
memperhatikan definisi Ilmu Hikmah yang disampaikan oleh para ulama' di atas,
maka kita bisa menyimpulkan bahwa Ilmu Hikmah itu ada sumbernya, yaitu al-Qur’an
dan al-Hadits. Keduanya merupakan referensi Ilmu Hikmah yang sebenarnya.
Apabila ada kitab-kitab lain yang mengajarkan Ilmu Hikmah, tapi ternyata
bertentangan atau menyimpang dari al-Qur’an dan al-Hadits, berarti itu adalah Ilmu
Hikmah palsu atau gadungan.
Setiap orang
islam boleh mempelajari sumber Ilmu Hikmah, yaitu dengan mengkaji al-Qur'an dan
as-Sunnah. Hanya saja daya serap otak kita, tingkat pemahaman kita, serta
kemampuan kita untuk mengamalkan isi kandungannya, akan berbeda satu sama
lainnya. Kitab al-Qur’an dan al-Hadits yang kita pelajari, boleh sama. Tapi
daya tangkap kita, dan akurasi pemahaman makna terhadap teks yang tertulis akan
berbeda satu sama lain. Begitu juga kemampuan dalam mempraktekkan ilmu yang
telah diketahui. Tidak semua orang yang membaca al-Qur’an dan al-Hadits,
serta-merta memahami maknanya. Dari sekian orang yang paham maknanya, ternyata
tidak semua mampu mempraktekkannya dalam perkataan dan perbuatannya.
Oleh karena
keterbatasan kita dalam memahami kandungan dari al-Qur’an dan Hadits, maka para
ulama atau para wali telah membuat panduan-panduan Ilmu Hikmah yang praktis
yang bisa dilakukan oleh masyarakat awam yang belum punya kesempatan untuk
mempelajari kandungan al-Qur’an dan Hadits secara mendalam. Karena sesungguhnya
dalam al-Qur’an terkandung banyak sekali rahasia yang hanya bisa dipahami oleh
orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah.
Kemampuan
memahami secara mendalam terhadap al-Qur'an dan as-Sunnah itulah anugerah yang
besar dari Allah yang tidak bisa dimiliki oleh setiap orang, begitu juga
kemudahan dalam mengamalkannya. Apabila kita dianugerahi oleh Allah kemudahan
dalam memahami agama ini dari sumbernya, dan kemampuan untuk mempraktekkannya
dalam kehidupan, serta mengajarkannya kepada yang lain, berarti kita termasuk
hamba yang diberi Ilmu Hikmah. Dan itulah anugerah Allah termahal dan terindah,
sebagaimana firman Allah Swt:
يُؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَٓاءُۚ
وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ
اِلَّا اُولُو الْاَلْبَابِ (سورة
البقرة:169)
Artinya: “Dia memberikan hikmah kepada siapa saja yang
Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi
kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali
orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Al-Baqarah: 269).[5]
Simaklah
perkataan Imam Nawawi saat dia menjelaskan tentang Ilmu Hikmah yang sebenarnya.
Imam an Nawawi berkata, "Ilmu al-Hikmah adalah ilmu yang berkaitan
dengan hukum-hukum agama yang lengkap untuk mengenal Allah yang diiringi dengan
tajamnya pikiran dan lembutnya jiwa serta mulianya akhlak. Merealisasikan
kebenaran dan mengamalkannya, berpaling dari hawa nafsu dan kebathilan."[6]
Sedangkan
al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rhm menyimpulkan
bahwa “makna al-Hikmah yang tepat adalah pemahaman yang mendalam terhadap
kandungan kitab al-Qur'an. Iman dan hikmah biasanya berdampingan,
walaupun kadang terdapat juga hikmah yang tidak bersandingan dengan iman."[7]
2.
Sejarah Ilmu
Hikmah
Dari mana asal muasal datangnya ilmu seperti itu? Tidak ada
keterangan pasti atau referensi yang dapat dipercaya yang mampu menjelaskan
asal muasal datangnya ilmu yang mereka sebut dengan Ilmu Hikmah.
Menurut KH. Dr. Said Agil Siradj
(dosen pasca sarjana UIN Jakarta), “Ilmu Hikmah bukanlah ilmu tasawuf, dan juga
bukan semacam karamah. Tetapi kalau Ilmu Hikmah diamalkan sesuai aturan, akan
membawa hasil yang diharapkan, tidak peduli apakah yang mengamalkan itu orang
baik, setengah baik, atau tidak baik (orang jahat).”[8]
Pada era Rasulullah, saat dakwah Islam mulai disebarkan, banyak
terjadi gesekan dengan agama lain yang lebih dahulu berkembang di Mekkah atau
Madinah dan wilayah sekitarnya. Mereka yang tidak rela saat melihat Islam terus
melaju dan berkembang, mulai melakukan intimidasi, teror dan sabotase. Tidak
hanya sebatas ancaman dan gertakan, tetapi sudah sampai pada tindak kekerasan
dan teror fisik. Beberapa pengikut Rasulullah mulai syahid berguguran dalam
rangka mempertahankan akidah Islam mereka. Intimidasi kaum kafir terhadap
orang-orang muslim tidak hanya terjadi di Mekkah. Setelah mereka hijrah ke
Madinah pun teror itu terus berlanjut. Akhirnya perang demi perang tak
terelakkan. Orang kafir berusaha menghentikan dakwah Rasulullah, sementara itu
Rasulullah dan para sahahabatnya bertekad untuk terus menyebarkan ajaran Islam
sampai titik darah penghabisan. Saat itu jumlah umat Islam masih sangat
sedikit, berbeda sangat jauh dibanding jumlah mereka yang kafir dan memusuhi
Islam. Dalam Perang Badar (perang yang pertama), jumlah pasukan Islam 313
orang. Sedangkan jumlah pasukan orang kafir 1300 orang, dilengkapi dengan
kendaraan perang yang memadahi dan senjata-senjata perang yang lebih dari
cukup. Sedangkan dalam Perang Uhud, jumlah pasukan Islam 700 orang yang mulanya
berjumlah 1000 orang. Sementara pasukan kafir berjumlah 3000 orang, dengan
menggunakan 3000 ekor unta, 200 ekor kuda dan dilengkapi 700 baju besi. Sungguh
merupakan kekuatan bilangan yang tak sebanding. Paling tidak, satu pasukan muslim
harus berhadapan dengan 3 orang lebih.[9]
Dalam kondisi seperti itu, apakah Rasulullah mengajarkan kepada
para shahabatnya ilmu yang mampu membuat kulit mereka kebal senjata tajam? Agar
mereka sanggup menghadapi kekuatan lawan yang berlipat-lipat dengan
persenjataan yang lebih lengkap. Tidak, sekali lagi tidak. Tidak ada kitab
sejarah yang terpercaya dan menceritakan hal-hal seperti itu. Justru malah
sebaliknya, kitab-kitab sejarah itu mengabarkan puluhan shahabat Rasulullah
yang syahid di medan perang karena tikaman senjata lawan. Ratusan shahabat yang
terluka, terkena sabetan dan goresan serta tusukan senjata lawan. Bahkan
Rasulullah sendiri, giginya patah kena panah, tubuhnya juga bersimbah darah. Apakah
Rasulullah tidak tahu bahwa ada Ilmu Hikmah yang bisa membuat kulit seseorang
kebal senjata tajam. Rasulullah adalah orang yang paling dikasihi dan dicintai
oleh Allah. Begitu juga para shahabatnya, mereka adalah generasi terbaik dan
paling dicintai oleh Allah SAW dan rasul-Nya. Kalau memang ada ilmu yang bisa
membuat badan kebal senjata tajam, pasti Allah akan memberikannya kepada
hamba-hamba-Nya yang dicintainya. Agar jumlah umat Islam yang berperang
mempertahankan kesucian agama-Nya tidak berkurang atau mati disebabkan senjata
lawan.[10]
Bahkan sejarah Islam telah mencatat, paman Rasulullah yang bernama
Hamzah bin Abdul Muthalib yang bergelar “Singa Allah” mati syahid oleh senjata
musuh. Umar bin Khatthab, mertua Rasulullah yang gagah berani, syetan pun takut
berpapasan dengannya. Utsman bin `Affan, menantu Rasulullah yang bergelar “Pemilik
dua cahaya”. Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah yang menjadi khalifah Rasul
yang keempat. Semua sosok mulia itu matinya disebabkan tikaman senjata lawan.
Mereka tidak kebal, kulit-kulit mulia mereka bisa dirobek senjata. Masih banyak
lagi shahabat Rasulullah lainnya, hamba-hamba Allah yang paling bertakwa,
melalui siang dengan puasa, melewati malam dengan tahajjud, yang mati syahid di
ujung senjata musuh. Kalau memang ilmu kesaktian dan kekebalan yang mereka
namakan dengan Ilmu Hikmah itu hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang bersih
hatinya, takwa derajatnya. Seharusnya para shahabat Rasulullah itulah yang
lebih berhak memilikinya. Karena mereka pribadi yang paling bertakwa, kemuliaan
mereka diakui oleh Allah dan rasul-Nya. Untuk ilmu seperti itu kalau ada, era
mereka lebih membutuhkan untuk mensiarkan Islam, menegakkan panji-panji Allah
di bumi ini. Tetapi kenyataannya tidaklah seperti itu. Meskipun begitu, Allah
tidak meninggalkan mereka, pertolongan Allah selalu bersama mereka. Sehingga
hampir di setiap peperangan dan pertempuran, mereka selalu menang. Meskipun
dalam setiap peperangan itu, ada di antara mereka yang mati, dan ada yang
terluka. Akhirnya siar Islam terus berkembang sampai ke zaman kita ini, dan sampai
kiamat nanti. Di sisi lain, kita tidak bisa menutup mata atau menafikan akan
adanya cerita tentang nenek moyang kita yang katanya sakti mandraguna, kebal
senjata tajam atau tidak mempan timah panas. Sampai sekarang juga, fenomena itu
terkadang masih kita saksikan keberadaannya di tengah masyarakat. Ada atraksi
kekebalan, pamer kesaktian dan unjuk kekuatan. Media massa pun ramai mengekspos
kehebatan mereka, dengan julukan si manusia digdaya, orang hebat, jawara pilih
tanding, pendekar sakti mandraguna, makhluk terkuat, atau sosok yang luar
biasa. Meskipun kita tidak tahu secara persis, bagaimana orang-orang itu
memperoleh “kesaktiannya”. Ritual apa saja yang telah mereka jalani. Lelaku apa
saja yang telah mereka lakoni. Apakah yang ada di hadapan kita itu hanya intrik
atau memang mistik. Apakah atraksi kehebatan yang ada itu sihir atau permainan
alat-alat mutakhir. Yang kita tahu hanya, Mereka sekarang sudah menjadi orang
hebat, lalu kita ingin meniru kehebatannya. Ingin belajar dan berguru
kepadanya’. Akhirnya, ilmu agama kita abaikan dan kita remehkan. Sementara ilmu
kesaktian, kita cari-cari dan kita pelajari. Pertanyaan yang mendasar sekarang
adalah, kalau di zaman Rasulullah dan para shahabatnya, ilmu kesaktian dan
kedigdayaan seperti itu tidak diajarkan, lalu sekarang kita mengenal adanya
ilmu semacam itu, “Dari mana datangnya ilmu tersebut, siapa yang meramunya dan
siapa yang mengajarkannya pertama kali? Mengapa ilmu itu dimasukkan ke dalam Ilmu
Hikmah sehingga merancukan pengertian Ilmu Hikmah yang terkandung dalam
al-Qur’an?
Apabila kita memperhatikan definisi Ilmu Hikmah yang disampaikan
oleh para ulama di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa Ilmu Hikmah itu ada
sumbernya, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Keduanya merupakan referensi Ilmu
Hikmah yang sebenarnya. Apabila ada kitab-kitab lain yang mengajarkan Ilmu
Hikmah, tapi ternyata bertentangan atau menyimpang dari al-Qur’an dan al-Hadits,
berarti itu adalah Ilmu Hikmah palsu atau gadungan. Apalagi kalau sumber ilmu
itu berasal dari agama lain, diadopsi dari keyakinan dan syari’at lain, buah
dari akulturasi budaya yang sarat mistik dan syirik, maka kita tidak boleh ikutikutan
mempelajarinya. Jangan terpedaya dengan kemasan palsu yang mengatasnamakan Ilmu
Hikmah.
3.
Macam-macam Ilmu Hikmah
a.
Macam-macam
Ilmu Hikmah ada 3 yaitu:
1.
Akal,
kata akal sudah
menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab al-‘Aql yang dalam bentuk kata
benda. Al-Qur’an hanya membawa bentuk kata kerjanya ‘aqaluuh dalam 1 ayat,
ta’qiluun 24 ayat, na’qil 1 ayat, ya’qiluhaa 1 ayat dan ya’qiluun 22 ayat,
kata-kata itu datang dalam arti faham dan mengerti. Maka dapat diambil arti
bahwa akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan yang
salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuanya sangat luas.
2.
Qolbu disebut juga hati. Hati sesungguhnya memiliki dua pengertian, yakni
fisik dan spiritual. Secara fisik hati merupakan daging yakni organ tubuh
manusia yang tersimpan dan terlindungi oleh tulang belulang. Hati terletak di
dada sebelah kiri. Bentuk hati seperti buah shanaubar sehingga sering dikatakan
hati sanubari. Pada daging hati terdapat lubang dan jaringan yang halus. Di
dalam lubang atau rongga terdapat darah hitam yang menjadi sumber ruh. Hati secara spiritual merupakan sesuatu yang halus, rabbaniyah (ketuhanan),
ruhaniah (kerohanian) dan mempunyai keterkaitan dengan hati yang jasmaniah. Hati yang halus ialah hakikat manusia. Hatilah yang mengetahui, yang
mengerti dan yang mengenal diri sendiri. Hatilah yang diajak bicara, disiksa,
dicela dan dituntut Tuhannya. Hati dalam pengertian ini juga memiliki kaitan
dengan jasmaniah. Hati terkait dengan akhlak terpuji yang direalisasikan oleh
gerak tubuh. Hati menentukan sifat dan watak manusia yang tampak secara
lahiriah.
3.
Hidayah, kata Hidayah adalah dari bahasa Arab
atau bahasa Al-Qur’an yang telah menjadi bahasa Indonesia. Akar katanya ialah :
hadaa, yahdii, hadyan, hudan, hidyatan, hidaayatan. Khusus yang terakhir, kata
hidaayatan kalau wakaf (berhenti) dibaca : Hidayah, nyaris seperti ucapan bahasa
Indonesia. Hidayah secara bahasa berarti
petunjuk. Lawan katanya adalah : “Dholalah” yang berarti “kesesatan”. Secara
istilah (terminologi), Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan
menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Allah
berfirman yang artinya: “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk
dari Tuhan Pencipta mereka, dan (sebab itu) merekalah orang-orang yang sukses.”
(Q.S. Al-Baqarah: 5)
b.
Macam-macam
Ilmu Hikmah dalam perspektif kanuragan :
1)
Mukjizat
yaitu peristiwa luar biasa yang terjadi pada diri Rasul atau Nabi sebagai bukti
kerasulan/kenabiannya. Menurut bahasa kata “Mukjizat” ialah bermakna melemahkan
atau segala sesuatu yang melemahkan, dalam artian perbuatan yang dapat
melemahkan manusia sehingga manusia merasakan kesulitan bahkan cenderung tidak
mampu dan tidak mungkin mampu menandingi dan menirunya.[11]
Sedangkan menurut Istilah atau yang lazim di pakai oleh para ahli agama adalah
keadaan-keadaan dan kejadian-kejadian yang luar biasa yang terjadi pada diri
Nabi atau Rasul dalam rangka mendakwakan dirinya sebagai Nabi atau Rasul Allah,
baik itu bersifat zhahir maupun batin, Jasmani maupun ruhani, yang mana hal
tersebut tidak mungkin mampu di tiru dan di tangani oleh seorang manusia pun.[12]
2)
Karamah
yaitu peristiwa yang luar biasa terjadi diri para Wali. Sedangkan menurut yang
lain Karamah ialah kejadian atau perbuatan yang luar biasa, aneh dan ganjil
yang terjadi pada atau sekitar orang-orang yang disebut sebagai waliyullah,
yakni orang-orang yang shalih, zuhud, wara’, shidiq, dan yang benar-benar
bertaqwa kepada Allah SWT.[13]
3)
Ma’unah
yaitu peristiwa luar biasa yang terjadi pada diri orang awam yang shalih. Menurut
arti yang lain Ma’unah ialah suatu kejadian atau peristiwa yang luar biasa,
anah dan ganjil yang terjadi pada atau sekitar orang-orang biasa, baik itu
muslim maupun kafir, dimana hal ini merupakan bantuan atau pertolongan yang
bersifat sewaktu-waktu dan tiba-tiba atas kuasa dan kehendak dari Allah SWT.[14]
4)
Ihanah
peristiwa luar biasa yang terjadi sebagai penghinaan Allah kepada seseorang
yang menentang syariatnya. Sedangkan menurut arti yang lain Ihanah yaitu suatu
kejadian yang luar biasa, anah dan ganjil yang mana hal ini merupakan suatu
bentuk penghinaan yang bersifat sewaktu-waktu dan tiba-tiba, atas izin dan
kuasa dari Allah SWT.[15]
Adapun Ihanah hanya terjadi pada atau sekitar orang-orang yang congkak, sombong
dan takabur.
5)
Istidraj
yaitu peristiwa luar biasa yang terjadi pada orang fasiq. Menurut arti yang
lain Istidraj yaitu suatu perbuatan atau kejadian yang luar biasa, aneh dan
ganjil, yang mana hal itu merupakan hasil dari kesepakatan atau perjanjian
antara tukang sihir dan syetan.[16]
6)
Irhas
ialah suatu hal kejadian luar biasa, anah dan ganjil yang terjadi atas diri
seorang yang hendak/akan dijadikan Allah sebagai Nabi atau Rasul-Nya.[17]
7)
Sihir
adalah kekuatan/kejadian luar biasa yang datang dari dalam diri orang-orang
yang fasiq dan untuk mendapatkan kekuatan tersebut mereka harus menempuh
cara-cara sesat yang amat sarat dengan kemusyrikan, yakni dengan cara
berserikat dan bersekutu dengan syetan-syetan.[18]
4.
Praktek Ilmu Hikmah
a)
Surat
al-Fatihah untuk penawar racun kalajengking[19]
Caranya: Isilah
gelas dengan sedikit air yang dicampur dengan sedikit garam. bacakanlah Surat
al-Fatihah 7 kali pada air yang digelas tadi. Kemudian minumkan air itu kepada
orang yang tersengat kalajengking dan usapkanlah dengan air itu juga ketempat
bekas sengatan. Insya Allah dengan jalan ini racun yang ada di dalam akan
menjadi tawar sehingga cepat sembuh kembali.
Surat Al-Fatihah
Rasulullah bersabda:
فَاتِحَةُ الْكِتَابِ شِفَاءٌ مِنَ
السَّمِّ
Artinya: “Fatihatul Kitab (Surat al-Fatihah) itu
adalah obat dari racun,” HR. Sa’id bin Manshur al-Baihaqi)
b)
Ayat Kursi untuk pagar rumah[20]
Caranya: Baca ayat kursi 7 kali dari sudut rumah bagian
kanan (TL) Timur Laut menghadap arah selatan, kemudian berjalan keselatan
berhenti disudut (T) Tenggara menghadap kiblat sambil membaca ayat kursi 7
kali, kemudian berjalan kebarat berhenti disudut (BD) Barat Daya menghadap arah
utara sambil membaca ayat kursi 7 kali, Lalu berjalan ke (BL) Barat Laut
menghadap arah timur sambil membaca ayat kursi 7 kali.
Ayat Kursi
Rasulullah bersabda:
اَيَةُ الْكُرْسِى سَيِّدَةُ اٰيِ
الْقُرْاَنِ
Artinya: “Ayat Al Kursi itu adalah penghulunya
ayat-ayat Al Qur’an,” (HR. Ibnu Majah, Hakim dan Tabrani)
5.
Contoh Ilmu
Hikmah
Beberapa contoh orang yang memiliki Ilmu Hikmah:
1.
Sulthonul Auliya’ Syekh Abdul Qodir Al-Jailani
yang bisa menghidupkan ayam yang sudah mati (bi idznillah)
2.
Syaikhona Kholil Bangkalan yang bisa berjalan
di atas air.
3.
Gus Maksum Jawa Timur pendekar NU yang rambutnya tidak bisa dipotong.
C.
Kesimpulan
Ilmu Hikmah
adalah ilmu yang disertai amal perbuatan nyata sehingga kita menjadi manusia
yang bijaksana dalam bertindak, lebih dekat dengan Allah dan mendapatkan
keberkahan dalam usaha mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Tujuan belajar
Ilmu Hikmah bukanlah untuk menjadi sakti atau menjadi hebat, tetapi untuk
mendekatkan diri kepada Allah sehingga Allah memberikan kemudahan kepada kita.
Setelah kita
mengetahui dari ragam definisi ilmu al-Hikmah
tersebut, kita bisa mengambil hikmah bahwa:
1)
Ilmu
al-Hikmah adalah ilmu yang mempelajari al-Qur’an dan alHadits, yang mencakup
cara bacanya dengan benar, pemahaman maksud dan apa yang dikandungnya, lalu
mempraktikkannya dalam perkataan dan perbuatan. Apabila perkataan dan perbuatan
kita berlandaskan pada dua kitab tersebut, maka kita tidak akan salah atau tersesat
dari jalan yang benar.
2)
Tidak
ada satupun ayat atau hadits shahih yang menjelaskan bahwa maksud dari Ilmu al-Hikmah
adalah ilmu kesaktian atau kadigdayaan, yang menjadikan pemiliknya kebal
senjata tajam, tidak terbakar oleh api, bisa menghilang, mampu menerawang atau
meramal, bisa melihat jin dan syetan, serta tujuan kesaktian lainnya.
3)
Ilmu
hikmah adalah ilmu panduan, yang membimbing kita kita mengenal ajaran-ajaran
Allah dan sunnah-sunnah Rasul-Nya, sehingga kita bisa mengetahui mana yang
halal dan mana yang haram, mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang.
Dengan ilmu hikmah seperti itulah, kita akan menjadi orang yang benar dalam
perkataan dan perbuatan.
D.
Penutup
Demikian penjelasan Ilmu Hikmah menurut
pemahaman kami yang terbatas. Semoga penjelasan tentang Ilmu Hikmah ini bisa
memberi wawasan kepada Anda untuk lebih memahami Ilmu Hikmah yang sesungguhnya.
Bagi kami, tidak masalah apabila ada orang lain yang punya pemahaman berbeda
terhadap arti Ilmu Hikmah, karena bagi kami perbedaan itu sendiri adalah wajar
dan harus disikapi dengan penuh hikmah (kebaikan dan kebijaksanaan).
cõd
E.
Referensi
1.
KH.
Musyadad, Cara Mudah Menjadi Paranormal, Penerbit CV. Aneka Solo, 2000.
2.
Kamus al-Munawir.
3.
Al-Qur'an, Tafsir wa Bayan.
4.
www.ilmuhikmah.com
5.
Al-Qur’an
Al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia (Ayat Pojok) Penerbit “Menara Kudus”
Kudus.
6.
Majalah
Alkisah, No. 04/2006.
7.
Kitab Faidhu Qadir.
8.
Kitab Fathul Bari.
9.
Umar
Abdul Djabbar, Nurul Yakin Sejarah Nabi Muhammad SAW, Juz Kedua,
Penerbit Al-Hikmah Surabaya.
10.
Tim
Rahmatika, Sejarah Kebudayaan Islam untuk MI Kelas V, Aneka Ilmu, Tahun
2005.
11. Muh. Fudli Sahli, “Himpunan Ayat-ayat al-Qur’an dan Khasiatnya” Penerbit
Mujahidin Semarang.
12. Aqil Bil Qisthi “Misteri Antara Mukjizat dan Sihir” Penerbit
Bintang Usaha Jaya Surabaya Tahun 2005.
13.
Masruri,
“Ilmu Siker Pagar Gaib” Penerbit CV. ANEKA Solo Tahun 2000.
[1] KH. Musyadad, Cara
Mudah Menjadi Paranormal, Penerbit CV. Aneka Solo, 2000. Hal. 15
[4] www. ilmuhikmah. co.id
[5] Al-Qur’an
Al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia (Ayat Pojok) Penerbit “Menara Kudus”
Kudus, Hal. 45
[8] Majalah
Alkisah, No. 04/2006
[9] Umar Ab.
Djabbar, Nurul Yakin Sejarah Nabi Muhammad SAW, Juz Kedua, Penerbit
Al-Hikmah Surabaya, Hal. 15
[11] Aqil Bil Qisthi “Misteri Antara Mukjizat
dan Sihir” Penerbit Bintang Usaha Jaya Surabaya Tahun 2005 Hal. 5
[12] Ibid, Hal 6
[14] Ibid, Hal 79
[15] Ibid, Hal. 80
[16] Ibid, Hal. 83
[17] Ibid, Hal. 74
[18] Ibid, Hal. 85
[19] Muh. Fudli Sahli, “Himpunan Ayat-ayat al-Qur’an dan Khasiatnya” Penerbit
Mujahidin Semarang, Hal. 14
[20] Masruri, “Ilmu
Siker Pagar Gaib” Penerbit CV. ANEKA Solo Tahun 2000, Hal. 19
Tidak ada komentar :
Posting Komentar