SELAMAT DATANG DI BLOG " PAK HAMID " TEMPEL KEDUNGDOWO Nur Hamid, S.Pd.I (pak hamid) : ilmu hikmah dalam study islam

Sabtu, 03 Oktober 2015

ilmu hikmah dalam study islam

PENDEKATAN ILMU HIKMAH DALAM STUDI ISLAM


A.    Pendahuluan
1.     Latar Belakang Masalah
Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat kepada kita semua sehat jasmani dan rohani terutama nikmat iman dan islam. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, shahabat serta umatnya, amin…
Bermula, ketika tetangga saya mempunyai hajat memperingati 40 hari atas kematian keluarganya, pada pagi harinya sebelum acara tahlilan shohibul hajat mengundang seorang hafal al-Quran (Hafidz) untuk tahtimun al-Qur’an yang pahalanya dihadiahkan kepada ahli kubur khususnya yang diperingati 40 harinya. Namun pada saat dalam perjalanan orang yang hafal al-Quran (Hafidz) kehujanan dan kebetulan tidak membawa jaz hujan, karena khawatir waktunya akan menjelang siang beliau tetap meneruskan perjalanan. Sampai ditujuan anehnya, ketika itu dalam hatiku bertanya “Hujan deras seperti ini kok pakaian pak kiai tidak basah”. Setelah selesai mengaji akhirnya saya memberanikan diri untuk bertanya. Jawabnya pak kiai ya.. baca doa-doa sebisanya.

2.         Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang Pendekatan Ilmu Hikmah dalam Studi Islam dan cerita diatas, maka diperlukan sub pokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa hakikat Ilmu Hikmah
2. Bagaimanakah sejarah Ilmu Hikmah
3. Bagaimanakah macam-macam Ilmu Hikmah
4. Bagaimanakah praktek Ilmu Hikmah
5. Bagaimanakah contoh Ilmu Hikmah

B.    Pembahasan
1.         Hakikat Ilmu Hikmah
Ilmu Hikmah adalah suatu amalan spiritual yang berupa ayat al-qur’an, doa-doa tertentu, hizib atau mantra-mantra suci yang berbahasa arab dan diimbangi dengan laku batin untuk mendekatkan diri kepada Allah dan membersihkan jiwa dari berbagai penyakit hati. Yang disebut mantra suci adalah mantra yang isi kandungannya tidak melanggar syariat islam. Ilmu Hikmah bisa dipelajari dengan amalan berupa dzikir, tabarruk, menyendiri, membersihkan hati, bersikap bijaksana atau riyadlah tertentu sesuai ajaran para guru atau ulama (mujiz).[1]
Ilmu Hikmah banyak sekali manfaatnya, mencakup segala urusan dunia dan akhirat. Ilmu Hikmah bisa untuk menyelesaikan berbagai macam masalah kehidupan, membantu kita kuat dalam mengarungi kehidupan yang penuh cobaan, merupakan sarana memohon perlindungan kepada Allah, mempermudah jalan usaha/ihtiyar rezeki kita, memperbaiki perilaku atau akhlak diri kita, mengubah perilaku buruk menjadi baik, menerangi hati yang gelap menjadi terang-benderang, memberi kegembiraan bagi yang sedih, memberi kekuatan bagi yang merasa lemah, membuat kita semakin dekat dengan Allah Swt dan bisa juga sebagai sarana amal ibadah untuk mendapatkan ridla Allah.
Ilmu Hikmah berbeda dengan ilmu kesaktian para pendekar yang bisa dipamerkan atau disombongkan. Justru pantangan utama dalam mempelajari Ilmu Hikmah adalah kesombongan atau merasa punya kehebatan. Kunci dalam Ilmu Hikmah adalah memohon pertolongan dan rahmat dari Allah agar dalam menjalani hidup di dunia ini, kita diberi keselamatan, kelancaran, kesuksesan, kemudahan, kebahagiaan dan segala hal baik yang kita butuhkan. Juga agar perjalanan kita di akhirat nanti diberi kelancaran.
Oleh karena itu, inti dari Ilmu Hikmah sebenarnya adalah mendekatkan diri dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Hingga kita sama sekali tidak merasa punya kehebatan. Karena tiada daya dan upaya yang mampu hamba lakukan kecuali karena adanya Allah semata.
Menurut kamus bahasa Arab, al-Hikmah mempunyai banyak arti. Diantaranya, kebijaksanaan, pendapat atau pikiran yang bagus, pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan, peribahasa (kata-kata bijak), dan al-Qur'anul Karim.[2]
Al-Hikmah juga bermakna kumpulan keutamaan dan kemuliaan yang mampu membuat pemiliknya menempatkan sesuatu pada tempatnya (proporsional). Al-Hikmah juga merupakan ungkapan dari perbuatan seseorang yang dilakukan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat pula.[3]
Dan dalam kosa kata bahasa Indonesia, kata Hikmah mempunyai tiga arti. Pertama, Hikmah diartikan kebijaksanaan dari Allah. Kedua, Hikmah diartikan sebagai sakti atau kesaktian (kekuatan ghaib). Ketiga, Hikmah diartikan sebagai manfaat dari sesuatu.
Para ulama' tafsir juga mempunyai definisi masing-masing tentang Ilmu Hikmah. Yang  mana antar pendapat tersebut saling berkaitan dan melengkapi satu sama lain. Imam Mujahid mengartikan al-Hikmah adalah "Benar dalam perkataan dan perbuatan". lbnu Zaid memaknai Ilmu Hikmah adalah cendekia dalam memahami agama. Malik bin Anas mengartikan Ilmu Hikmah adalah pengetahuan dari pemahaman yang dalam terhadap agama Allah, lalu mengikuti ajarannya." Ibnul Qasim mengatakan, Ilmu Hikmah adalah memahami ajaran agama Allah lalu mengikutinya dan mengamalkannya." Imam Ibrahim an-Nakho'i mengartikan Ilmu Hikmah adalah memahami apa yang dikandung Al-Qur’an." Sedangkan Hasan al-Bashri memakna Hikmah sebagai "Sifat wara' atau hati-hati dalam masalah halal dan haram[4].
Imam at-Thabari menambahkan, “Menurut kami, makna Ilmu Hikmah yang tepat adalah ilmu tentang hukum-hukum Allah yang tidak bisa dipahaminya kecuali melalui penjelasan Rasulullah. Dengan begitu al-Hikmah disini berasal dari kata al-Hukmu yang bermakna penjelasan antara yang haq dan yang bathil.
Dari berbagai definis Ilmu Hikmah yang disampaikan oleh ulama-ulama besar di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Ilmu Hikmah bukanlah sekedar bacaan dzikir yang dibaca rutin setiap hari. Ilmu Hikmah mencakup segala perbuatan kita, baik perbuatan kita kepada diri kita, kepada sesama, kepada alam dan bakti kita kepada Allah. Jelas sudah bahwa, orang yang mengamalkan Ilmu Hikmah hendaknya berusaha berperilaku bijaksana dalam segala hal. Dengan demikian Allah memberkahi segala amal perbuatan kita.
Ilmu Hikmah bukanlah ilmu sihir yang melibatkan bantuan jin atau syetan. Sehingga bisa dipamerkan di tempat-tempat keramaian, dijadikan sebagai bahan pertunjukan, dipelajari dalam waktu sekejap, dimiliki dengan ritual-ritual khusus, atau diperjual-belikan dengan harga tertentu.
Ilmu Hikmah adalah ilmu spiritual islam yang membimbing kita mengenal ajaran-ajaran Allah dan sunnah Rasul-Nya, sehingga kita bisa mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, mana yang diperintahkan dan  mana yang dilarang. Dengan Ilmu Hikmah seperti itulah, kita akan menjadi orang yang benar dalam perkataan dan perbuatan. Itulah sejatinya Ilmu Hikmah.
Apabila kita memperhatikan definisi Ilmu Hikmah yang disampaikan oleh para ulama' di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa Ilmu Hikmah itu ada sumbernya, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Keduanya merupakan referensi Ilmu Hikmah yang sebenarnya. Apabila ada kitab-kitab lain yang mengajarkan Ilmu Hikmah, tapi ternyata bertentangan atau menyimpang dari al-Qur’an dan al-Hadits, berarti itu adalah Ilmu Hikmah palsu atau gadungan.
Setiap orang islam boleh mempelajari sumber Ilmu Hikmah, yaitu dengan mengkaji al-Qur'an dan as-Sunnah. Hanya saja daya serap otak kita, tingkat pemahaman kita, serta kemampuan kita untuk mengamalkan isi kandungannya, akan berbeda satu sama lainnya. Kitab al-Qur’an dan al-Hadits yang kita pelajari, boleh sama. Tapi daya tangkap kita, dan akurasi pemahaman makna terhadap teks yang tertulis akan berbeda satu sama lain. Begitu juga kemampuan dalam mempraktekkan ilmu yang telah diketahui. Tidak semua orang yang membaca al-Qur’an dan al-Hadits, serta-merta memahami maknanya. Dari sekian orang yang paham maknanya, ternyata tidak semua mampu mempraktekkannya dalam perkataan dan perbuatannya.
Oleh karena keterbatasan kita dalam memahami kandungan dari al-Qur’an dan Hadits, maka para ulama atau para wali telah membuat panduan-panduan Ilmu Hikmah yang praktis yang bisa dilakukan oleh masyarakat awam yang belum punya kesempatan untuk mempelajari kandungan al-Qur’an dan Hadits secara mendalam. Karena sesungguhnya dalam al-Qur’an terkandung banyak sekali rahasia yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah.
Kemampuan memahami secara mendalam terhadap al-Qur'an dan as-Sunnah itulah anugerah yang besar dari Allah yang tidak bisa dimiliki oleh setiap orang, begitu juga kemudahan dalam mengamalkannya. Apabila kita dianugerahi oleh Allah kemudahan dalam memahami agama ini dari sumbernya, dan kemampuan untuk mempraktekkannya dalam kehidupan, serta mengajarkannya kepada yang lain, berarti kita termasuk hamba yang diberi Ilmu Hikmah. Dan itulah anugerah Allah termahal dan terindah, sebagaimana firman Allah Swt:
يُؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَٓاءُۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّا اُولُو الْاَلْبَابِ (سورة البقرة:169)
Artinya: “Dia memberikan hikmah kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Al-Baqarah: 269).[5]
Simaklah perkataan Imam Nawawi saat dia menjelaskan tentang Ilmu Hikmah yang sebenarnya. Imam an Nawawi berkata, "Ilmu al-Hikmah adalah ilmu yang berkaitan dengan hukum-hukum agama yang lengkap untuk mengenal Allah yang diiringi dengan tajamnya pikiran dan lembutnya jiwa serta mulianya akhlak. Merealisasikan kebenaran dan mengamalkannya, berpaling dari hawa nafsu dan kebathilan."[6]
Sedangkan al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rhm menyimpulkan bahwa “makna al-Hikmah yang tepat adalah pemahaman yang mendalam terhadap kandungan kitab al-Qur'an. Iman dan hikmah biasanya  berdampingan, walaupun kadang terdapat juga hikmah yang tidak bersandingan dengan iman."[7]

2.         Sejarah Ilmu Hikmah
Dari mana asal muasal datangnya ilmu seperti itu? Tidak ada keterangan pasti atau referensi yang dapat dipercaya yang mampu menjelaskan asal muasal datangnya ilmu yang mereka sebut dengan Ilmu Hikmah.
Menurut KH. Dr. Said Agil Siradj (dosen pasca sarjana UIN Jakarta), “Ilmu Hikmah bukanlah ilmu tasawuf, dan juga bukan semacam karamah. Tetapi kalau Ilmu Hikmah diamalkan sesuai aturan, akan membawa hasil yang diharapkan, tidak peduli apakah yang mengamalkan itu orang baik, setengah baik, atau tidak baik (orang jahat).”[8]
Pada era Rasulullah, saat dakwah Islam mulai disebarkan, banyak terjadi gesekan dengan agama lain yang lebih dahulu berkembang di Mekkah atau Madinah dan wilayah sekitarnya. Mereka yang tidak rela saat melihat Islam terus melaju dan berkembang, mulai melakukan intimidasi, teror dan sabotase. Tidak hanya sebatas ancaman dan gertakan, tetapi sudah sampai pada tindak kekerasan dan teror fisik. Beberapa pengikut Rasulullah mulai syahid berguguran dalam rangka mempertahankan akidah Islam mereka. Intimidasi kaum kafir terhadap orang-orang muslim tidak hanya terjadi di Mekkah. Setelah mereka hijrah ke Madinah pun teror itu terus berlanjut. Akhirnya perang demi perang tak terelakkan. Orang kafir berusaha menghentikan dakwah Rasulullah, sementara itu Rasulullah dan para sahahabatnya bertekad untuk terus menyebarkan ajaran Islam sampai titik darah penghabisan. Saat itu jumlah umat Islam masih sangat sedikit, berbeda sangat jauh dibanding jumlah mereka yang kafir dan memusuhi Islam. Dalam Perang Badar (perang yang pertama), jumlah pasukan Islam 313 orang. Sedangkan jumlah pasukan orang kafir 1300 orang, dilengkapi dengan kendaraan perang yang memadahi dan senjata-senjata perang yang lebih dari cukup. Sedangkan dalam Perang Uhud, jumlah pasukan Islam 700 orang yang mulanya berjumlah 1000 orang. Sementara pasukan kafir berjumlah 3000 orang, dengan menggunakan 3000 ekor unta, 200 ekor kuda dan dilengkapi 700 baju besi. Sungguh merupakan kekuatan bilangan yang tak sebanding. Paling tidak, satu pasukan muslim harus berhadapan dengan 3 orang lebih.[9]
Dalam kondisi seperti itu, apakah Rasulullah mengajarkan kepada para shahabatnya ilmu yang mampu membuat kulit mereka kebal senjata tajam? Agar mereka sanggup menghadapi kekuatan lawan yang berlipat-lipat dengan persenjataan yang lebih lengkap. Tidak, sekali lagi tidak. Tidak ada kitab sejarah yang terpercaya dan menceritakan hal-hal seperti itu. Justru malah sebaliknya, kitab-kitab sejarah itu mengabarkan puluhan shahabat Rasulullah yang syahid di medan perang karena tikaman senjata lawan. Ratusan shahabat yang terluka, terkena sabetan dan goresan serta tusukan senjata lawan. Bahkan Rasulullah sendiri, giginya patah kena panah, tubuhnya juga bersimbah darah. Apakah Rasulullah tidak tahu bahwa ada Ilmu Hikmah yang bisa membuat kulit seseorang kebal senjata tajam. Rasulullah adalah orang yang paling dikasihi dan dicintai oleh Allah. Begitu juga para shahabatnya, mereka adalah generasi terbaik dan paling dicintai oleh Allah SAW dan rasul-Nya. Kalau memang ada ilmu yang bisa membuat badan kebal senjata tajam, pasti Allah akan memberikannya kepada hamba-hamba-Nya yang dicintainya. Agar jumlah umat Islam yang berperang mempertahankan kesucian agama-Nya tidak berkurang atau mati disebabkan senjata lawan.[10]
Bahkan sejarah Islam telah mencatat, paman Rasulullah yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib yang bergelar “Singa Allah” mati syahid oleh senjata musuh. Umar bin Khatthab, mertua Rasulullah yang gagah berani, syetan pun takut berpapasan dengannya. Utsman bin `Affan, menantu Rasulullah yang bergelar “Pemilik dua cahaya”. Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah yang menjadi khalifah Rasul yang keempat. Semua sosok mulia itu matinya disebabkan tikaman senjata lawan. Mereka tidak kebal, kulit-kulit mulia mereka bisa dirobek senjata. Masih banyak lagi shahabat Rasulullah lainnya, hamba-hamba Allah yang paling bertakwa, melalui siang dengan puasa, melewati malam dengan tahajjud, yang mati syahid di ujung senjata musuh. Kalau memang ilmu kesaktian dan kekebalan yang mereka namakan dengan Ilmu Hikmah itu hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang bersih hatinya, takwa derajatnya. Seharusnya para shahabat Rasulullah itulah yang lebih berhak memilikinya. Karena mereka pribadi yang paling bertakwa, kemuliaan mereka diakui oleh Allah dan rasul-Nya. Untuk ilmu seperti itu kalau ada, era mereka lebih membutuhkan untuk mensiarkan Islam, menegakkan panji-panji Allah di bumi ini. Tetapi kenyataannya tidaklah seperti itu. Meskipun begitu, Allah tidak meninggalkan mereka, pertolongan Allah selalu bersama mereka. Sehingga hampir di setiap peperangan dan pertempuran, mereka selalu menang. Meskipun dalam setiap peperangan itu, ada di antara mereka yang mati, dan ada yang terluka. Akhirnya siar Islam terus berkembang sampai ke zaman kita ini, dan sampai kiamat nanti. Di sisi lain, kita tidak bisa menutup mata atau menafikan akan adanya cerita tentang nenek moyang kita yang katanya sakti mandraguna, kebal senjata tajam atau tidak mempan timah panas. Sampai sekarang juga, fenomena itu terkadang masih kita saksikan keberadaannya di tengah masyarakat. Ada atraksi kekebalan, pamer kesaktian dan unjuk kekuatan. Media massa pun ramai mengekspos kehebatan mereka, dengan julukan si manusia digdaya, orang hebat, jawara pilih tanding, pendekar sakti mandraguna, makhluk terkuat, atau sosok yang luar biasa. Meskipun kita tidak tahu secara persis, bagaimana orang-orang itu memperoleh “kesaktiannya”. Ritual apa saja yang telah mereka jalani. Lelaku apa saja yang telah mereka lakoni. Apakah yang ada di hadapan kita itu hanya intrik atau memang mistik. Apakah atraksi kehebatan yang ada itu sihir atau permainan alat-alat mutakhir. Yang kita tahu hanya, Mereka sekarang sudah menjadi orang hebat, lalu kita ingin meniru kehebatannya. Ingin belajar dan berguru kepadanya’. Akhirnya, ilmu agama kita abaikan dan kita remehkan. Sementara ilmu kesaktian, kita cari-cari dan kita pelajari. Pertanyaan yang mendasar sekarang adalah, kalau di zaman Rasulullah dan para shahabatnya, ilmu kesaktian dan kedigdayaan seperti itu tidak diajarkan, lalu sekarang kita mengenal adanya ilmu semacam itu, “Dari mana datangnya ilmu tersebut, siapa yang meramunya dan siapa yang mengajarkannya pertama kali? Mengapa ilmu itu dimasukkan ke dalam Ilmu Hikmah sehingga merancukan pengertian Ilmu Hikmah yang terkandung dalam al-Qur’an?
Apabila kita memperhatikan definisi Ilmu Hikmah yang disampaikan oleh para ulama di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa Ilmu Hikmah itu ada sumbernya, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Keduanya merupakan referensi Ilmu Hikmah yang sebenarnya. Apabila ada kitab-kitab lain yang mengajarkan Ilmu Hikmah, tapi ternyata bertentangan atau menyimpang dari al-Qur’an dan al-Hadits, berarti itu adalah Ilmu Hikmah palsu atau gadungan. Apalagi kalau sumber ilmu itu berasal dari agama lain, diadopsi dari keyakinan dan syari’at lain, buah dari akulturasi budaya yang sarat mistik dan syirik, maka kita tidak boleh ikut­ikutan mempelajarinya. Jangan terpedaya dengan kemasan palsu yang mengatasnamakan Ilmu Hikmah.

3.         Macam-macam Ilmu Hikmah
a.    Macam-macam Ilmu Hikmah ada 3 yaitu:
1.        Akal, kata akal sudah menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab al-‘Aql yang dalam bentuk kata benda. Al-Qur’an hanya membawa bentuk kata kerjanya ‘aqaluuh dalam 1 ayat, ta’qiluun 24 ayat, na’qil 1 ayat, ya’qiluhaa 1 ayat dan ya’qiluun 22 ayat, kata-kata itu datang dalam arti faham dan mengerti. Maka dapat diambil arti bahwa akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuanya sangat luas.
2.        Qolbu disebut juga hati. Hati sesungguhnya memiliki dua pengertian, yakni fisik dan spiritual. Secara fisik hati merupakan daging yakni organ tubuh manusia yang tersimpan dan terlindungi oleh tulang belulang. Hati terletak di dada sebelah kiri. Bentuk hati seperti buah shanaubar sehingga sering dikatakan hati sanubari. Pada daging hati terdapat lubang dan jaringan yang halus. Di dalam lubang atau rongga terdapat darah hitam yang menjadi sumber ruh. Hati secara spiritual merupakan sesuatu yang halus, rabbaniyah (ketuhanan), ruhaniah (kerohanian) dan mempunyai keterkaitan dengan hati yang jasmaniah. Hati yang halus ialah hakikat manusia. Hatilah yang mengetahui, yang mengerti dan yang mengenal diri sendiri. Hatilah yang diajak bicara, disiksa, dicela dan dituntut Tuhannya. Hati dalam pengertian ini juga memiliki kaitan dengan jasmaniah. Hati terkait dengan akhlak terpuji yang direalisasikan oleh gerak tubuh. Hati menentukan sifat dan watak manusia yang tampak secara lahiriah.
3.        Hidayah, kata Hidayah adalah dari bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an yang telah menjadi bahasa Indonesia. Akar katanya ialah : hadaa, yahdii, hadyan, hudan, hidyatan, hidaayatan. Khusus yang terakhir, kata hidaayatan kalau wakaf (berhenti) dibaca : Hidayah, nyaris seperti ucapan bahasa Indonesia. Hidayah secara bahasa berarti petunjuk. Lawan katanya adalah : “Dholalah” yang berarti “kesesatan”. Secara istilah (terminologi), Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Allah berfirman yang artinya: “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan Pencipta mereka, dan (sebab itu) merekalah orang-orang yang sukses.” (Q.S. Al-Baqarah: 5)
b.    Macam-macam Ilmu Hikmah dalam perspektif kanuragan :
1)        Mukjizat yaitu peristiwa luar biasa yang terjadi pada diri Rasul atau Nabi sebagai bukti kerasulan/kenabiannya. Menurut bahasa kata “Mukjizat” ialah bermakna melemahkan atau segala sesuatu yang melemahkan, dalam artian perbuatan yang dapat melemahkan manusia sehingga manusia merasakan kesulitan bahkan cenderung tidak mampu dan tidak mungkin mampu menandingi dan menirunya.[11] Sedangkan menurut Istilah atau yang lazim di pakai oleh para ahli agama adalah keadaan-keadaan dan kejadian-kejadian yang luar biasa yang terjadi pada diri Nabi atau Rasul dalam rangka mendakwakan dirinya sebagai Nabi atau Rasul Allah, baik itu bersifat zhahir maupun batin, Jasmani maupun ruhani, yang mana hal tersebut tidak mungkin mampu di tiru dan di tangani oleh seorang manusia pun.[12]
2)        Karamah yaitu peristiwa yang luar biasa terjadi diri para Wali. Sedangkan menurut yang lain Karamah ialah kejadian atau perbuatan yang luar biasa, aneh dan ganjil yang terjadi pada atau sekitar orang-orang yang disebut sebagai waliyullah, yakni orang-orang yang shalih, zuhud, wara’, shidiq, dan yang benar-benar bertaqwa kepada Allah SWT.[13]
3)        Ma’unah yaitu peristiwa luar biasa yang terjadi pada diri orang awam yang shalih. Menurut arti yang lain Ma’unah ialah suatu kejadian atau peristiwa yang luar biasa, anah dan ganjil yang terjadi pada atau sekitar orang-orang biasa, baik itu muslim maupun kafir, dimana hal ini merupakan bantuan atau pertolongan yang bersifat sewaktu-waktu dan tiba-tiba atas kuasa dan kehendak dari Allah SWT.[14]
4)        Ihanah peristiwa luar biasa yang terjadi sebagai penghinaan Allah kepada seseorang yang menentang syariatnya. Sedangkan menurut arti yang lain Ihanah yaitu suatu kejadian yang luar biasa, anah dan ganjil yang mana hal ini merupakan suatu bentuk penghinaan yang bersifat sewaktu-waktu dan tiba-tiba, atas izin dan kuasa dari Allah SWT.[15] Adapun Ihanah hanya terjadi pada atau sekitar orang-orang yang congkak, sombong dan takabur.
5)        Istidraj yaitu peristiwa luar biasa yang terjadi pada orang fasiq. Menurut arti yang lain Istidraj yaitu suatu perbuatan atau kejadian yang luar biasa, aneh dan ganjil, yang mana hal itu merupakan hasil dari kesepakatan atau perjanjian antara tukang sihir dan syetan.[16]
6)        Irhas ialah suatu hal kejadian luar biasa, anah dan ganjil yang terjadi atas diri seorang yang hendak/akan dijadikan Allah sebagai Nabi atau Rasul-Nya.[17]
7)        Sihir adalah kekuatan/kejadian luar biasa yang datang dari dalam diri orang-orang yang fasiq dan untuk mendapatkan kekuatan tersebut mereka harus menempuh cara-cara sesat yang amat sarat dengan kemusyrikan, yakni dengan cara berserikat dan bersekutu dengan syetan-syetan.[18]

4.         Praktek Ilmu Hikmah
a)    Surat al-Fatihah untuk penawar racun kalajengking[19]
Caranya: Isilah gelas dengan sedikit air yang dicampur dengan sedikit garam. bacakanlah Surat al-Fatihah 7 kali pada air yang digelas tadi. Kemudian minumkan air itu kepada orang yang tersengat kalajengking dan usapkanlah dengan air itu juga ketempat bekas sengatan. Insya Allah dengan jalan ini racun yang ada di dalam akan menjadi tawar sehingga cepat sembuh kembali.
Surat Al-Fatihah
Rasulullah bersabda:   
فَاتِحَةُ الْكِتَابِ شِفَاءٌ مِنَ السَّمِّ
Artinya: “Fatihatul Kitab (Surat al-Fatihah) itu adalah obat dari racun,” HR. Sa’id bin Manshur al-Baihaqi)

b)   Ayat Kursi untuk pagar rumah[20]
Caranya: Baca ayat kursi 7 kali dari sudut rumah bagian kanan (TL) Timur Laut menghadap arah selatan, kemudian berjalan keselatan berhenti disudut (T) Tenggara menghadap kiblat sambil membaca ayat kursi 7 kali, kemudian berjalan kebarat berhenti disudut (BD) Barat Daya menghadap arah utara sambil membaca ayat kursi 7 kali, Lalu berjalan ke (BL) Barat Laut menghadap arah timur sambil membaca ayat kursi 7 kali.
Ayat Kursi
Rasulullah bersabda:
اَيَةُ الْكُرْسِى سَيِّدَةُ اٰيِ الْقُرْاَنِ
Artinya: “Ayat Al Kursi itu adalah penghulunya ayat-ayat Al Qur’an,” (HR. Ibnu Majah, Hakim dan Tabrani)

5.         Contoh Ilmu Hikmah
Beberapa contoh orang yang memiliki Ilmu Hikmah:
1.        Sulthonul Auliya’ Syekh Abdul Qodir Al-Jailani yang bisa menghidupkan ayam yang sudah mati (bi idznillah)
2.        Syaikhona Kholil Bangkalan yang bisa berjalan di atas air.
3.        Gus Maksum Jawa Timur pendekar NU yang rambutnya tidak bisa dipotong.
C.      Kesimpulan
Ilmu Hikmah adalah ilmu yang disertai amal perbuatan nyata sehingga kita menjadi manusia yang bijaksana dalam bertindak, lebih dekat dengan Allah dan mendapatkan keberkahan dalam usaha mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Tujuan belajar Ilmu Hikmah bukanlah untuk menjadi sakti atau menjadi hebat, tetapi untuk mendekatkan diri kepada Allah sehingga Allah memberikan kemudahan kepada kita.
Setelah kita mengetahui dari ragam definisi ilmu al-­Hikmah tersebut, kita bisa mengambil hikmah bahwa:
1)        Ilmu al-­Hikmah adalah ilmu yang mempelajari al-Qur’an dan al­Hadits, yang mencakup cara bacanya dengan benar, pemahaman maksud dan apa yang dikandungnya, lalu mempraktikkannya dalam perkataan dan perbuatan. Apabila perkataan dan perbuatan kita berlandaskan pada dua kitab tersebut, maka kita tidak akan salah atau tersesat dari jalan yang benar.
2)        Tidak ada satupun ayat atau hadits shahih yang menjelaskan bahwa maksud dari Ilmu al-Hikmah adalah ilmu kesaktian atau kadigdayaan, yang menjadikan pemiliknya kebal senjata tajam, tidak terbakar oleh api, bisa menghilang, mampu menerawang atau meramal, bisa melihat jin dan syetan, serta tujuan kesaktian lainnya.
3)        Ilmu hikmah adalah ilmu panduan, yang membimbing kita kita mengenal ajaran-­ajaran Allah dan sunnah­-sunnah Rasul-Nya, sehingga kita bisa mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang. Dengan ilmu hikmah seperti itulah, kita akan menjadi orang yang benar dalam perkataan dan perbuatan.

D.      Penutup
Demikian penjelasan Ilmu Hikmah menurut pemahaman kami yang terbatas. Semoga penjelasan tentang Ilmu Hikmah ini bisa memberi wawasan kepada Anda untuk lebih memahami Ilmu Hikmah yang sesungguhnya. Bagi kami, tidak masalah apabila ada orang lain yang punya pemahaman berbeda terhadap arti Ilmu Hikmah, karena bagi kami perbedaan itu sendiri adalah wajar dan harus disikapi dengan penuh hikmah (kebaikan dan kebijaksanaan).

cõd

E.       Referensi
1.         KH. Musyadad, Cara Mudah Menjadi Paranormal, Penerbit CV. Aneka Solo, 2000.
2.         Kamus al-Munawir.
3.         Al-Qur'an, Tafsir wa Bayan.
4.         www.ilmuhikmah.com
5.         Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia (Ayat Pojok) Penerbit “Menara Kudus” Kudus.
6.         Majalah Alkisah, No. 04/2006.
7.         Kitab Faidhu Qadir.
8.         Kitab Fathul Bari.
9.         Umar Abdul Djabbar, Nurul Yakin Sejarah Nabi Muhammad SAW, Juz Kedua, Penerbit Al-Hikmah Surabaya.
10.     Tim Rahmatika, Sejarah Kebudayaan Islam untuk MI Kelas V, Aneka Ilmu, Tahun 2005.
11.     Muh. Fudli Sahli, “Himpunan Ayat-ayat al-Qur’an dan Khasiatnya” Penerbit Mujahidin Semarang.
12.     Aqil Bil Qisthi “Misteri Antara Mukjizat dan Sihir” Penerbit Bintang Usaha Jaya Surabaya Tahun 2005.
13.     Masruri, “Ilmu Siker Pagar Gaib” Penerbit CV. ANEKA Solo Tahun 2000.



[1] KH. Musyadad, Cara Mudah Menjadi Paranormal, Penerbit CV. Aneka Solo, 2000. Hal. 15
[2] Kamus al-Munawir, Hal. 287
[3] Al-Qur'an, Tafsir wa Bayan, Hal. 412
[4] www. ilmuhikmah. co.id
[5] Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia (Ayat Pojok) Penerbit “Menara Kudus” Kudus, Hal. 45
[6] Kitab Faidhu Qadir, Juz 3 Hal. 416
[7] Kitab Fathul Bari, Juz 7 Hal. 205
[8] Majalah Alkisah, No. 04/2006
[9] Umar Ab. Djabbar, Nurul Yakin Sejarah Nabi Muhammad SAW, Juz Kedua, Penerbit Al-Hikmah Surabaya, Hal. 15
[10] Tim Rahmatika, Sejarah Kebudayaan Islam untuk MI Kelas V, Aneka Ilmu, Tahun 2005 Hal. 13
[11] Aqil Bil Qisthi “Misteri Antara Mukjizat dan Sihir” Penerbit Bintang Usaha Jaya Surabaya Tahun 2005 Hal. 5
[12] Ibid, Hal 6
[13] Ibid, Hal 76
[14] Ibid, Hal 79
[15] Ibid, Hal. 80
[16] Ibid, Hal. 83
[17] Ibid, Hal. 74
[18] Ibid, Hal. 85
[19] Muh. Fudli Sahli, “Himpunan Ayat-ayat al-Qur’an dan Khasiatnya” Penerbit Mujahidin Semarang, Hal. 14
[20] Masruri, “Ilmu Siker Pagar Gaib” Penerbit CV. ANEKA Solo Tahun 2000, Hal. 19

Tidak ada komentar :