A. PENDAHULUAN
Penyusunan rencana evaluasi hasil belajar dapat
digambarkan sebagai pembuatan penetapan tentang nilai, untuk tujuan tertentu,
baik berupa gagasan, pekerjaan, solusi, metode, material dan lain-lain, yang
melibatkan penggunaan ukuran seperti halnya untuk menilai tingkat suatu
tertentu itu akurat, efektif, hemat, atau memuaskan, ketentuan itu baik yang
kwantitatif atau kwalitatif. Dengan demikian maka evaluasi merupakan kegiatan
yang sangat penting dalam pengajaran. Tanpa evaluasi, kita tidak bisa
mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula kita tidak
akan ada perubahan menjadi lebih baik dan
kegiatan ini merupakan salah satu dari empat tugas pokok seorang guru. Keempat
tugas pokok guru tersebut adalah merencanakan, melaksanakan, menilai
keberhasilan pengajaran dan memberikan bimbingan.
Dalam praktek pengajaran keempat kegiatan pokok
ini merupakan sebuah kesatuan yang padu dan tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya. Dalam melakasanak tugas mengajarnya seorang guru berusaha untuk
menciptakan situasi belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar, memotivasi,
mengajukan bahan ajar, serta menggunbakan metode dan media yang telah
disiapkan. Selain itu guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal, guru
memberikan bimbingan kepada siswa dengan berupaya untuk memahami kesulitan
belajar yang dialami siswa. Dari berbagai persoalan yang di hadapi dalam proses
belajar mengajar evaluasi memberikan sumbangan yang cukup berarti. Sehubungan
dengan ini, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), fungsi evaluasi
digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan proses pembelajaran
serta sebagai alat untuk menyeleksi dan sebagai alat untuk memberikan motivasi
belajar siswa.
B. RUMUSAN
MASALAH
Sebagai mana latar belakang masalah diatas maka dalam penulisan ini
penulis akan memformulasikan beberapa rumusan masalah sebagai mana berikut;
?
Pengertian evaluasi hasil belajar
?
Tujuan evaluasi hasil belajar
?
Fungsi evaluasi hasil belajar
?
Teknik evaluasi hasil belajar
C. TUJUAN
MAKALAH
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui pengertian evaluasi hasil belajar
b. Mengetahui tes hasil belajar
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui pengertian evaluasi hasil belajar
b. Mengetahui tes hasil belajar
1. PEMBAHASAN
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, perencanaan berasal dari kata dasar rencana yang
artinya konsep, rancangan, atau program, dan perencanaan berarti proses,
perbuatan, cara merencanakan. Selain itu, rencana dapat diartikan sebagai
pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
Oleh karena itu, proses perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang
akan dicapai melalui analis kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian
menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut H.B.
Siswanto (2007) perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih
tujuan dan menentukan cakupan pencapaiannya. Menurutnya, merencanakan berarti
mengupayakan penggunaan sumberdaya manusia (human resources), sumber daya alam
(natural resources), dan sumberdaya lainnya (other resources) untuk mencapai
tujuan.
Pengertian evaluasi
adalah: sebuah istilah pembuatan penetapan tentang nilai yang menunjukkan
sebuah rentang segala prosedur yang sistematis, yang digunakan untuk memperoleh
informasi umum mengenai belajar siswa dan pembelajaran yang telah di lakukan
oleh guru , baik menggunakan penelitian data dengan cara (pengamatan,
penganalisaan data ,penilaian penampilan atau proyek). dan pembentukan nilai
serta pertimbangan mengenai kemajuan belajar siswa untuk menentukan ketetapan
atau keputusan alternative mengenai belajar siswa baik kwalitatif maupun
kwantitatif sehingga dapat mengetahui mutu dan evektivitas atau nilai suatu
program pembelajaran yang telah di lakukan atau penentu keputusan terhadap
langkah pembelajaran yang akan datang.[1]
Tidak ada satupun guru yang tidak ingin berhasil dalam proses mengajar,
tentunya semua guru sangat mengharapkan keberhasilan belajar mengajar itu, guru
yang masa bodoh terhadap anak didiknya adalah cermin kurang tanggung jawab terhadap
profesinya, guru yang tidak mau tahu dengan perkembangan pendidikan anak
didiknya adalah tanda guru yang tidak peduli terhadap tantangan zaman yang
dihadapinya.
Seringkali
dikacaukan antara pengertian penilaian (evaluation). Menurut Oemar Hamalik
dalam bukunya Kurikulum dan Pembelajaran evaluasi adalah suatu upaya
untuk mengetahui berapa banyak hal-hal telah dimiliki oleh siswa dari hal-hal
yang telah diajarkan oleh guru.[2] Menurut
Norman E. Grounloud; evaluasi adalah suatu proses yang sistematik dan
berkesinambungan untuk mengetahui efisien kegiatan belajar mengajar dan
efektifitas dari pencapaian tujuan instruksi yang telah ditetapkan. Menurut
Edwin Wond dan Gerold W. Brown; evaluasi pendidikan atau proses untuk
menentukan nilai dari segala sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan. Evaluasi
adalah proses pengukuran dan penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang
telah dicapai seseorang.
Evaluasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Dalam bidang pendidikan, evaluasi sebagaimana dikatakan Gronlund (1990: 5)
merupakan proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis dan
menafsirkan informasi untuk menentukan sejauhmana tujuan pembelajaran telah
dicapai oleh siswa. Menurut Djemari Mardapi (2004 : 19) evaluasi adalah proses
mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok.
Dari pendapat
di atas, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari evaluasi hasil belajar
yaitu:
(1) Sebagai
kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan secara
berkesinambungan. Sebuah program pembelajaran seharusnya dievaluasi disetiap
akhir program tersebut,
(2) Dalam
pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang akurat untuk menunjang
keputusan yang akan diambil. Asumsi-asumsi ataupun prasangka. bukan merupakan
landasan untuk mengambil keputusan dalam evaluasi, dan
(3) Kegiatan
evaluasi dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena itulah pendekatan goal oriented
merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk evaluasi pembelajaran.
Dalam sebuah
buku yang berjudul teknik evaluasi pendidikan karya M. Chabib Thoha, beliau
mengatakan bahwa Evaluasi berasal dari kata evaluation yang berarti suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu, apakah sesuatu itu
mempunyai nilai atau tidak. Menurut istilah evaluasi berarti kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument
dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh
kesimpulan. Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk
mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa
dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau
kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat
berbagai putusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.[3]
Selain pengertian di atas ternyata pengertian
evaluasi pendidikan merupakan proses yang sistematis dalam :
·
Mengukur
tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari norma tujuan maupun
dari norma kelompok
·
Menentukan
apakah siswa mengalami kemajuan yang memuaskan kearah pencapaian tujuan
pengajaran yang diharapkan.
Bukan hanya seperti di katakan di atas saja
pengertian evaluasi, tetapi ada beberapa istilah yang serupa dengan evaluasi
itu, yang intinya masih mencakup evaluasi, yaitu di antaranya:
1. Penilaian (Assessment)
Assessment adalah
serangkain kegiatan yang dirancang untuk mengukur prestasi belajar
(achievement) siswa sebagai hasil dari suatu program instruksional. Rumusan ini
menunjukkan, bahwa hasil terhadap siswa dapat digunakan sebagai bukti yang
patut dipertimbangkan dalam rangka evaluasi pembelajaran. Jadi assessment bukan
hanya menilai siswa melainkan sangat fungsional untuk menilai system
pembelajaran itu sendiri.
2. Pengukuran (Measurement)
Pengukuran
berkenan dengan pengumpulan data deskriptif tentang produk siswa atau tingkah
laku siswa, dan hubungannya dengan standar prestasi atau norma, evaluasi menunjukkan,
pada teknik-teknik pengukuran, baik dalam rangka assessment siswa maupun
terhadap proses instruksional menyeluruh, yang meliputi urutan instruksional
(perencanaan, penyampaian, tindak lanjut) dan perubahan tingkah laku siswa yang
dapat diamati (kognitif, psikomotorik, dan efektif). Aplikasi teknik-teknik
pengukuran difokuskan pada dua jenis, yakni pengukuran acuan norma dan
pengukuran acuan criteria.[4]
Tes secara harfiah diartikan suatu alat ukur
berupa sederetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan, tingkah laku, potensi, prestasi sebagai hasil pembelajaran.
Assessment adalah suatu proses pengumpulan
data dan pengolahan data tersebut menjadi suatu bentuk yang dapat dijelaskan.
2. TUJUAN EVALUASI
Segala sesuatu yang di lakukan pasti mempunyai tujuan dan fungsi yang akan
di capai, pastinya semua aktifitas tidak ingin hasilnya sia-sia, begitupun
dengan evaluasi, ada tujuan dan fungsi yang ingin di capai, Evaluasi telah
memegang peranan penting dalam pendidikan dan memiliki tujuan-tujuan tertentu:
1. Memberikan informasi tentang kemajuan siswa
dalam mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar.
2. Memberikan informasi yang dapat digunakan
untuk membina kegiatan-kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan
kelas maupun masing-masing individu.
3. Memberikan informasi yang dapat digunakan
untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya dan
menyarankan kegiatan-kegiatan remedial (perbaikan).
4. Memberikan informasi yang dapat digunakan
sebagai dasar untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal
kemanjuannya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.
5. memberikan informasi tentang semua aspek
tingkah laku siswa, sehingga guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga
masyarakat dan pibadi yang berkualitas.
6. Memberikan informasi yang tepat untuk
membimbing siswa memilih sekolah, atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan,
minat dan bakatnya.[5]
Dr.muchtar buchori Med. Mengemukakan
bahwa tujuan khusus evaluasi pendidikan ada 2 yaitu:
a) Untuk mengetahui kemajuan peserta didik
setelah ia mengalami pendidikan selam jangka waktu tertentu
b) Untuk mengetahui tingkat efisiensi
metode-metode pendidikan yang dipergunakan pendidik selam jangka waktu tertentu
tadi.
Maju dan
mundurnya belajar peserta didik, dapat diketahui pula kedudukan mereka dalam
kelompoknya dan juga dapat dipakai pula untuk mengadakan perencanaan yang
realistik dalam mengarahkan dan mengembangkan masa depan mereka. Selanjutnya
dengan diketahuinya efektifitas dan efisiensi metode-metode yang digunakan
dalam pendidikan, guru telah mendapatkan pelajaran yang cukup berharga untuk
menyempurnakan metode-metode yang sudah baik, dan memperbaiki
kekurangan-kekurangan metode yang tidak efektif.
Untuk mengetahui keberhasilan belajar maka kita harus melihat beberapa
criteria keberhasilan belajar. menurut sudjana (2004), 1. apakah hasil
belajar yang diperoleh nampak dalam bentul perubahan tingkah laku secara
menyeluruh 2. apakah hasil belajar yang dicapai dapat diaplikasikan dalam
kehidupan
3. apakah hasil belajar yang dicapai dapat bertahan lama diingat dan mengendap dalam pikiran serta cukup mempengaruhi prilaku
3. apakah hasil belajar yang dicapai dapat bertahan lama diingat dan mengendap dalam pikiran serta cukup mempengaruhi prilaku
Ada dua
pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar, yaitu
penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau norm-referenced
assessment) dan penilaian yang mengacu kepada kriteria (penilaian acuan
kriteria atau criterion referenced assessment). Perbedaan kedua pendekatan
tersebut terletak pada acuan yang dipakai. Pada penilaian yang mengacu kepada
norma, interpretasi hasil penilaian peserta didik dikaitkan dengan hasil
penilaian seluruh peserta didik yang dinilai dengan alat penilaian yang sama.
Jadi hasil seluruh peserta didik digunakan sebagai acuan. Sedangkan, penilaian
yang mengacu kepada kriteria atau patokan, interpretasi hasil penilaian
bergantung pada apakah atau sejauh mana seorang peserta didik mencapai atau
menguasai kriteria atau patokan yang telah ditentukan. Kriteria atau patokan
itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam kurikulum berbasis
kompetensi.
Dalam
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan penilaian yang digunakan
adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan. Dalam hal ini
prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan untuk
penguasaan suatu kompetensi. Meskipun demikian, kadang kadang dapat digunakan
penilaian acuan norma, untuk maksud khusus tertentu sesuai dengan kegunaannya,
seperti untuk memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang mana, untuk
mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk menyeleksi
peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba antar-sekolah.
4. Ruang Lingkup Penilaian Hasil Belajar
Hasil belajar
peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1)
domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan
kecerdasan logika – matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang
mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain
kecerdasan emosional), dan (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang
mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan
musikal).
Sejauh mana
masing-masing domain tersebut memberi sumbangan terhadap sukses seseorang dalam
pekerjaan dan kehidupan? Data hasil penelitian multi kecerdasan menunjukkan
bahwa kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika yang termasuk dalam
domain kognitif memiliki kontribusi hanya sebesar 10%. Kecerdasan antarpribadi
dan kecerdasan intrapribadi yang termasuk domain afektif memberikan kontribusi
yang sangat besar yaitu 80 %. Sedangkan kecerdasan kinestetik, kecerdasan
visual-spatial dan kecerdasan musikal yang termasuk dalam domain psikomotor
memberikan sumbangannya sebesar 10 %
Namun, dalam
praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar-mengajar dan
penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain ini
terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran, yaitu bahasa,
matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang terutama
direfleksikan dalam mata-mata pelajaran pendidikan jasmani, keterampilan, dan
kesenian cenderung disepelekan. Demikian pula, hal ini terjadi pada domain
afektif yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran agama dan kewarganegaraan.
Agar penekanan
dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan proporsi sumbangan
masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan kehidupan, para guru
perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta bagaimana menerapkannya
dalam proses belajar-mengajar dan penilaian.
Perubahan paradigma pendidikan dari
behavioristik ke konstruktivistik tidak hanya menuntut adanya perubahan dalam
proses pembelajaran, tetapi juga termasuk perubahan dalam melaksanakan
penilaian pembelajaran siswa. Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran
lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai kemampuan
aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes
obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali
diabaikan.
Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme,
penilaian pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan
kognitif semata, tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, seperti:
perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-aspek
kepribadian individu lainnya. Demikian pula, penilaian tidak hanya bertumpu
pada penilaian produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses.[6]
Kesemuanya itu
menuntut adanya perubahan dalam pendekatan dan teknik penilaian pembelajaran
siswa. Untuk itulah, Depdiknas (2006) meluncurkan rambu-rambu penilaian
pembelajaran siswa, dengan apa yang disebut Penilaian Kelas.
3. FUNGSI
EVALUASI
Evaluasi merupakan bagian penting dalam suatu
system instruksional. Karena itu, penilaian mendapat tanggung jawab untuk
melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1) Fungsi Eduktif : Evaluasi adalah suatu subsistem dalam
system pendidikan yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keseluruhan
system dan/atau salah satu subsistem pendidikan. Bahkan dengan evaluasi dapat
diungkapkan hal-hal yang tersembunyi dalam proses pendidikan.
2) Fungsi
Institusional : Evaluasi
berfungsi mengumpulkan informasi akurat tentang input dan output pembelajaran
di samping poroses pembelajaran itu sendiri
3) Fungsi
Diagnostik : Dengan
evaluasi dapat diketahui kesulitan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh
siswa dalam proses/kegiatan belajarnya.
4) Fungsi
Administratif : Menyediakan
data tentang kemajuan belajar siswa, yang pada gilirannya berguna untuk
memberikan sertifikasi (tanda kelulusan) dan untuk melanjutkan studi lebih
lanjut dan atau untuk kenaikan kelas.
5) Fungsi
Kurikuler : Berfungsi
menyediakan data dan informasi yang akurat dan berdaya guna bagi pengembangan
kurikulum (perencanaan, uji coba di lapangan,, implementasi, dan revisi.
6) Fungsi
MAnajemen : Komponen
evaluasi merupakan bagian integral dalam system menajemen, hasil evaluasi
berdaya guna sebagai bahan bagi pimpinan untuk membuat keputusan manajemen pada
semua jenjang menajemen.[7]
1. Fungsi
evaluasi bagi siswa
Bagi siswa,
evaluasi digunakan untuk mengukur pencapaian keberhasilannya dalam mengikuti
pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Dalam hal ini ada dua kemungkinan:
a. Hasil bagi siswa yang memuaskan
Jika siswa
memperoleh hasil yang emuaskan, tentunya kepuasan ini ingin diperolehnya
kembali pada waktu yang akan datang. Untuk ini siswa akan termotifasi untuk
belajar lebih giat agar perolehannya sama bahkan meningkat pada masa yang akan
datang. Namun, dapat pula terjadi sebaliknya, setelah memperoleh hasil yang
memuaskan siswa tidak rajin belajar sehingga pada waktu berikutnya hasilnya
menurun.
b. Hasil
bagi siswa yang tidak memuaskan
Jika siswa
memperoleh hasil yang tidak memuaskan, maka pada kesempatan yang akan datang
dia akan berusaha memperbaikinya. Oleh karena itu, siswa akan giat belajar.
Tetapi bagi siswa yang kurang motivasi atau lemah kemauannya akan menjadi putus
asa.
2. Fungsi
evaluasi bagi guru
a. Dapat
mengetahui siswa manakah yang menguasai pelajran dan siswa mana pula yang
belum. Dalam hal ini hendaknya guru memberikan perhatian kepada siswa yang
belum berhasil sehingga pada akhirnya siswa mencapai keberhasilan yang
diharapkan.
b. Dapat mengetahui apakah tujuan dan materi
pelajaran yang telah disampaikan itu dikuasai oleh siswa atau belum.
c. Dapat mengetahui ketepatan metode yang
digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran tersebut.
d. Bila dari hasil evaluasi itu tidak berhasil,
maka dapat dijadikan bahan remidial. Jadi, evaluasi dapat dijadikan umpan balik
pengajaran.
3. Fungsi
evaluasi bagi sekolah
a. Untuk mengukur ketepatan kurikulum atau
silabus. Melalui evaluasi terhadap pengajaran yang dilakukan oleh guru,
maka akan dapat diketahui apakah ketepatan kurikulum telah tercapai sesuai
dengan target yang telah ditentukan atau belum. Dari hasil penilaian tersebut
juga sekolah dapat menetapkan langkah-langkah untuk perencanaan program
berikutnya yang lebih baik.
b. Untuk
mengukur tingkat kemajuan sekolah. Sudah barang tentu jika hasil penilaian yang
dilakukan menunjukkan tanda-tanda telah terlaksananya kurikulum sekolah dengan
baik, maka berarti tingkat ketepatan dan kemajuan telah tercapai sebagaimana
yang diharapkan. Akan tetapi sebaliknya jika tand-tanda itu menunjukkan tidak
tercapainya sasaran yang diharapkan, maka dapat dikatakan bahwa tingkat
ketepatan dan kemajuan sekolah perlu ditingkatkan.
c. Mengukur
keberhasilan guru dalam mengajar. Melalui evaluasi yang telh dilaksanakan dalam
pengajaran merupakan bahan informasi bagi guru untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dalam melaksanakan pengajaran.
d. Untuk
meningkatkan prestasi kerja. Keberhasilan dan kemajuan yang dicapai dalm
pengajaran akan mendorong bagi sekolah atau guru untuk terus meningkatkan
prestasi kerja yang telah dicapai dan berusaha memperbaiki kelemahan dan
kekurangan yang mungkin terjadi.
Dalam evaluasi
semua komponen dalam pendidikan layak dan harus dijadikan sebagai objek dan
subjek evaluasi pendidikan, yaitu:
·
Siswa, dapat
menjadi subjek evaluasi bagi dirinya sendiri dan bagi guru serta sekolahnya dan
dapat juga menjadi bagian dari objek evaluasi yang dilakukan oleh guru dan
sekolahnya.
·
Guru, dapat
menjadi subjek evaluasi bagi program dan cara-cara dia mengajar,
keberhasilannya dan juga dpat menjadi objek evaluasi oleh siswa dan sekolahnya.
·
Sekolah, dapat
menjadi subjek evaluasi bagi siswa dan guru-guru yang ada didalamnya serta
dapat juga menjadi sasaran atau objek evaluasi dari siswa dan guru yang
bernaung didalamnya.[8]
Setelah semua
tugas evaluasi kita lakukan kita akan banyak memetik manfaat dari evaluasi itu,
baik bagi siswa, guru maupun sekolah yang seandainya kita mengambil benang merah
dari nya kita akan mengetahui apa-apa yanga harus dan yang tidak harus lagi
kita lakukan untuk kedepannya.
4. TEKNIK
EVALUASI
Evaluasi mempunyai
beberapa teknik yang berusaha mencari solusi lebih baik dalam mengejar keberhasilan
belajar. Pada dasarnya evaluasi itu dapat dibedakan menjadi dua macam bentuk
tes yaitu:
·
Teknik non tes
·
Teknik tes
A. Teknik Non Tes
Maksudnya
adalah penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan
tanpa menguji peserta didik, melainkan dengan cara:
a. Skala bertingkat
Yang dimaksud
dengan skala bertingkat atau rating scala adalah tes yang digunakan untuk
mengukur kemampuan anak didik berdasarkan tingkat tinggi rendahnya penguasaan
dan penghayatan pembelajaran yang telah diberikan
b. Daftar
cocok
Maksudnya adalah suatu tes yang berbentuk
daftar pertanyaan yang akan dijawab dengan membubuhkan tad cocok (x) pada kolom
yang telah disediakan.
c. Wawancara
Maksudnya
adalah semua proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih
berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain,
mendengar dengan telinganya sendiri suaranya.
d. Daftar angket
Maksudnya
adalah bentuk tes yang berupa daftar pertanyaan yang diajukan pada responden,
baik berupa keadaan diri, pengalaman, pengetahuan, sikap dn pendapatnya tentang
sesuatu.
e. Pengamatan (observasi)
Maksudnya
adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara meneliti secara cermat dan
sistematis. Dengan menggunakan alat indra dapat dilakukan pengamatan terhadap
aspek-aspek tingkah laku siswa disekolah. Oleh karena pengamatan ini bersifat
langsung mengenai aspek-aspek pribadi siswa, maka pengamtan memiliki sifat
kelebihan dari alat non tes lainnya.
f. Riwayat hidup
Ini adalah
salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang sebagai
bahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek
evaluasi akan dpat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan
sikap dari objek yang dinilai.[9]
B. Teknik
Tes
Tehnik tes
adalah satu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau
merangkai tugas yang harus dikerjakan oleh anak didik atau sekelompok anak
sehingga menghasilkan suatu nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan
nilai standar yang ditetapkan.
Tes bentuk
uraian Adalah merupakan suatu bentuk soal yang harus di jawab atau dipecahkan
oleh testi dengan cara mengemukakan pendapatnya secara terurai. Pada tes uraian
testi mepuyai kesempatan yang luas untuk mengemukakan pendapat dan analisanya
dalam menjawab persoalan, Tes uraian sering juga disebut sebagai tes subjektif
( subjektif tes ), karena memang jawaban siswa sangat bersifat subjektif yang
memungkinkan timbulnya fariasi jawaban. Sifat subjektif dalam tes uraian tidak
hanya terletak dalam isi jawaban siswa, melainkan juga bisa muncul dalam proses
pemeriksaaan jawaban. Unsur subjektivitas dalam penyekoran tes uraian lebih
besar kemungkinannya dari pada tes objektif.[10]
Tes uraian
biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif yang relative tinggi dan
komplek. Tes uraian jarang digunakan untuk mengungkap hal- hal yang factual,
karena hal itu akan lebih efektif diungkap dengan tes objektif. Hal lain yang
perlu digunakan dalam penggunaan tes uraian adalah segi kepraktisan. Tes uraian
biasanya digunakan jika jumlah testee tidak terlalu banyak. Tes uraian terhadap
testee berjumlah banyak akan sangat merepotkan bagi para penguji.
a. Tes subjektif
a. Tes subjektif
Tes ini sering
pula diartikan sebagai tes essay yaitu tes hasil belajar yang terdiri dari
suatu pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang bersifat uraian dan
atau penjelasan. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut
siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, penjelasan, mendiskusikan,
membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain sejenis sesuai dengan tuntutan
pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian,
dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasannya melalui
bahasa tulisan.
b. Tes objektif
Maksudnya
adalah adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.
Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatsi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk
essay. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih
banyak dari pada tes essay.
Tes objektif
disebut juga dengan istilah short answer test atau new type test.
Yang terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan cara memilih diantara
alternatif jawaban yang dianggap benar dan paling benar.[11]
KESIMPULAN
Evaluasi menjadi hal yang penting dalam
proses belajar mengajar, karena tanpa evaluasi akan susah sekali mengukur
tingkat keberhasilannya.
Evaluasi pendidikan merupakan proses yang
sistematis dalam mengukur tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau
dari norma tujuan maupun dari norma kelompok serta menentukan apakah siswa
mengalami kemajuan yang memuaskan ke arah pencapaian tujuan pengajaran yang
diharapkan.
Evaluasi merupakan suatu keniscayaan dalam
semua aspek kehidupan kita apa lagi dalam dunia pendidikan. Dan secara umum
Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Hasyr ayat 18:
يَٓااَيُّهَا ٱلَّذِينَ اٰمَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنْظُرْ
نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ
بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
[1] Asep
jihad M.pd. Drs.,abdul haris M.Sc. Dr.,evaluasi pembelajaran (yogya karta, multi
pressindo cet.II2008)
[2] Hamalik
Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran,Ed. 1 Cet. 9, Jakarta ; Bumi Aksara, 2009
[3] M.Chabib
thoha..rajawali press, 2001
[4] Hamalik
Oemar, Proses Belajar Mengajar, Cet. 1, Jakarta : Bumi Aksara, 2001
[5] Hamalik
Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran,Ed. 1 Cet. 9, Jakarta ; Bumi Aksara, 2009
[7] Hamalik
Oemar, Proses Belajar Mengajar, Cet. 1, Jakarta : Bumi Aksara, 2001
[10] Anas
sudijono , prof. Drs. ,pengantar evaluasi pendidikan (Jakarta PT raja grafindo
persada 1996)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar